Selasa, 29 Mei 2012

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


PROPOSAL
PENILAIAN TINDAKAN KELAS

PERAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN BISA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PERHOTELAN KELAS X SEMESTER 2 PADA KOMPETENSI MAKE-UP ROOM SESION TEORI
DI SMK NEGERI 1 SELO – BOYOLALI



 










Disusun Oleh :
            NAMA                                               : MARSUDI, SE
            KOMPETENSI KEAHLIAN         : AKOMODASI PERHOTELAN







SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 SELO – BOYOLALI
Jl. Ki Hajar Saloka No. 125 Samiran No. Telp/Fax (0276) 326063 Selo Boyolali 57363

2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Penyelenggaraaan pendidikan di Indonesia pada kenyataannya telah  mengalami kemajuan yang banyak. Kemajuan tersebut tampak dari semakin banyak dan lengkapnya  fasilitas sekolah yang tersedia. Namun di balik itu, kualitas sumber daya manusia Indonesia masih tetap mengalami ketertinggalan bila dibanding dengan negara-negara lainnya. Mutu lulusan sekolah-sekolah di Indonesia mempunyai tingkat kompetensi yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.
Beberapa gejala yang berkaitan dengan rendahnya kualitas pendidikan yang dimaksud adalah: 1) kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang diajarkan oleh guru tidak maksimal, 2) kurang sempurnanya pembentukan karakter yang terlihat dari sikap dan kecakapan hidup yang dimiliki oleh siswa, dan 3) rendahnya kemampuan membaca, menulis dan berhitung terutama di tingkat dasar (Hidayanto, 2000).
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru merupakan unsur utama tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus peka terhadap kondisi peserta didiknya, karena setiap peserta didik memiliki daya serap yang berbeda - beda, kondisi dan minat yang berbeda. Untuk itu dalam pembelajaran kita harus melihat kondisi peserta didik, dimana kondisi peserta didik sangat penting untuk diperhatikan. Kondisi peserta didik yang penting adalah bagaimana dan seberapa minat terhadap suatu kompetensi keahlian. Peserta didik yang berminat akan lebih memiliki perhatian tinggi, lebih ingin tahu terhadap kompetensi keahlian yang dipelajarinya. Demikian juga dengan mata diklat Make-up room pada kelas x (sepuluh) Perhotelan semester 2 (dua) pada sesion teori, minat peserta didik dapat ditimbulkan dengan penerapan strategi penyampaian materi yang tidak membosankan, serta dapat menarik perhatian bagi peserta didik.
Oleh karenanya, guru dengan kemampuannyanya diharapkan mampu merencanakan proses belajar mengajar yang efektif. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat mencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran, guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran.  Guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasikan sehingga pengetahuan itu menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa.  Sejalan dengan itu pula, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP)/SPEKTRUM 2009 menegaskan bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan.  Strategis karena guru akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.  Menentukan karena gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik.  Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam upaya memperluas dan memperdalam materi ialah rancangan pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru (Hidayanto, 2001, diambil dari www.depdiknas.com).
Kenyataan bahwa sebagian peserta didik Perhotelan di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali diketahui bahwa sebagian besar Peserta didik menganggap mata diklat make-up room sebagai kompetensi keahlian akomodasi perhotelan yang rumit dan kurang menarik pada sesion teori. Pada dasarnya mata diklat Make-up room memberikan penekanan pengalaman dan keterampilan langsung untuk mengembangkan kompetensi agar memahami prosedur pelayanan yang baik di dunia penjualan jasa (perhotelan). Dengan demikian mata diklat Make-up room diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik Perhotelan untuk membekali diri dengan kompetensi make-up room agar dapat bersaing di dunia kerja (perhotelan) dan sebagai bekal untuk masa depannya,serta prosfek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Dari kenyataan di atas, masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran adalah setiap mengikuti mata diklat make-up room sesion teori merasa bosan, sulit dan kurang bergairah. Hal tersebut karena masih kurangnya penggunaan media vedio visual pada mata diklat make-up room. Untuk itu perlu kiranya dilakukan upaya-upaya dalam rangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar make-up room peserta didik.
Di kalangan sekolah maupun lembaga pendidikan kejuruan dewasa ini banyak dibicarakan mengenai media mengajar dan belajar. Yang dimaksud dengan media adalah sarana penyampaian informasi yang harus diserap pihak yang belajar. Sarana penyampaian tradisional dalam proses belajar adalah kata-kata, baik dalam bentuk tertulis dalam buku pelajaran atau bentuk lisan yang diucapkan pengajar.
Menurut Suharsimi Arikunto (1988:21), media pengajaran atau media pendidikan adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian yang dimaksud dengan media untuk adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu penyampaian proses belajar mengajar agar efektivitas dan efisiensi pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Media tersebut memiliki bermacam-macam bentuk dan fungsi tergantung pada tujuan penggunaan media tersebut. Suatu media tidak selalu berbentuk rumit karena suatu tulisan ataupun kata-kata sudah termasuk sebagai media.
Di kalangan sekolah dewasa ini banyak dibicarakan mengenai media mengajar dan belajar. Yang dimaksud dengan media ini dalam konteks ini Helmut Nolker dan Eberhard Schoenfeldt (1988:35) menyatakan sebagai sarana penyampaian informasi yang harus diserap pihak yang belajar. Sarana penyampaian tradisional dalam proses belajar adalah kata-kata, baik dalam bentuk tertulis dalam buku pelajaran, atau bentuk lisan yang diucapkan pengajar.
Menurut Mohammad Uzer Usman (2002:31), alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu menperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan; sebaliknya pengajaran akan terasa lebih menarik bila siswa gembira atau senang karena mereka merasa tertarik.
Menurut Encyclopedia of Educational Research yang dikutip oleh Usman (2002:31) manfaat media pembelajaran adalah :
1) Meletakkan dasar-dasar yang gambar untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme,
2) Memperbesar perhatian siswa,
3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu pembelajaran lebih mantap,
4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa,
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, hal ini terutama dalam gambar hidup,
6) Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa,
7) Sangat menarik perhatian siswa dalam belajar,
8) Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda yang sebenarnya, atau alat lain.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1988 : 22), fungsi media pengajaran adalah untuk lebih mempertinggi efektivitas dan efisiensi, tetapi dapat pula sebagai pengganti peranan guru. Media pendidikan yang disebut audiovisual aids menurut Encyclopedia of Educational Research memiliki nilai tambah. Nilai tambah tersebut sesuai apabila digunakan pada proses pembelajaran yang melibatkan siswa Sekolah Dasar. Nilai tambah tersebut adalah sebagai berikut (Mohammad Uzer Usman, 2002 : 31-32):
1) Meletakkan dasar-dasr yang konkret untuk berfikir. Oleh karena itu mengurangi verbalisme (tahu istilah tapi tidak mengeri arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya).
2) Memperbesar perhatian siswa.
3) Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan.
4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa.
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
6) Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7) Sangat menarik minat siswa dalam belajar.
8) Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin dengan banyak perkataan.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran mata diklat make-up room peserta didik perhotelan kelas x (sepuluh) semester 2 (dua) di SMK NEGERI 1 Selo – Boyolali.


B.     IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka berikut dapat ajukan beberapa hal yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini yaitu :
1.      Rendahnya motivasi belajar peserta didik dengan megunakan metode  ceramah/ convensional pada mata diklat make-up room kelas x semester 2 Perhotelan sesion teori di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali
2.      Rendahnya hasil belajar peserta didik dengan megunakan metode  ceramah/  convensional pada mata diklat make-up room kelas x semester 2 Perhotelan sesion teori di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi  motivasi dan hasil belajar peserta didik  pada mata diklat make-up room kelas x semester 2 Perhotelan sesion teori di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali

C.     PEMBATASAN MASALAH
Dengan pertimbangan aspek-aspek metodologis, keterbatasan kemampuan, pengetahuan, waktu dan biaya maka dalam penelitian ini hanya dibatasi pada masalah pemanfaatan media video visual dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata mata diklat Make-up room kelas x (sepuluh) semester 2 (dua) Perhotelan di SMK Negeri 1 Selo – Boyolali

D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1.      Apakah dengan mengunakan metode pembelajaran secara ceramah dan video visual dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas x pada semster 2 perhotelan mata diklat make-up room sesion teori di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali?
2.      Apakah dengan mengunakan metode pembelajaran secara ceramah dan video visual dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas x pada semster 2 perhotelan mata diklat make-up room sesion teori di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali?
3.      Apakah dengan mengunakan metode pembelajaran secara ceramah dan video visual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik kelas x pada semster 2 perhotelan make-up room sesion teori di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali?
4.      Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi dan hasil belajar peserta didik  perhotelan mata diklat make-up room kelas x (sepuluh) semester 2 (dua)  sesion teori di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali?


E.     TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

Untuk mengetahui tentang peranan media video visual dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik perhotelan kelas x (sepuluh) semester 2 (dua) mata diklat make-up room sesion teori di SMK Negeri 1 Selo – Boyolali.

F.      MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1.      Guru mata diklat kompetensi keahlian sebagai bahan masukan yang diharapakan dapat menerapkan metode pembelajaran mengunakan video visual dalam proses belajar mengajar pada mata diklat make-up room kelas x (sepuluh) semester 2 (dua) perhotelan sesion teori di SMK Negeri 1 Selo – Boyolali.
2.      Siswa ; Menjadi salah satu proses belajar mengajar yang menyenangkan sehingga memberikan hasil pembelajaran secara optimal pada mata diklat make-up room kelas x (sepuluh) semester 2 (dua) perhotelan sesion teori di SMK Negeri 1 Selo – Boyolali.
3.      Sekolah ; Bahan masukan dan perlunya menerapkan metode pembelajaran mengunakan video visual dalam proses belajar mengajar pada mata diklat make-up room kelas x (sepuluh) semester 2 (dua) perhotelan sesion teori di SMK Negeri 1 Selo – Boyolali.
4.      Umum ; Bahan informasi dan referensi mengenai berbagai metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman tetrhadap dunia pendidikan.










BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.    KAJIAN TEORI
1.      Deskripsi Teori Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu hal yang dilakukan seseorang untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku kearah yang lebih baik. Belajar dalam hal ini dimaksudkan cenderung kepada peserta didik.  Haling (2006:3) mengemukakan tujuan belajar terdiri dari; (a) Mengubah tingkah laku ke arah yang lebih berkualitas, (b) Sasarannya meliputi tingkah laku penalaran (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif). Sedang Sardiman (2004:12) mengemukakan bahwa pada dasarnya tujuan belajar terdiri dari ; (a) Untuk mendapatkan pengetahun, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan berpikir, (b) Untuk penanaman konsep dan keterampilan, yaitu suatu cara belajar menghadapi dan menangani objek-objek secara fisik dan psikis, (c) Untuk pembentukan sikap, yaitu suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak. Belajar merupakan kegiatan yang lebih cenderung diarahkan kepada anak didik, sedangkan pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan atau proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru dalam kelas selaku pendidik. Pembelajaran merupakan serangkaian proses yang dilakukan guru baik dari persiapan bahan ajar, metode mengajar yang digunakan dan hal-hal lainnya yang perlu dilakukan dalam pembelajaran di kelas.
Dalam pembelajaran, guru mempunyai peranan sebagaimana dijelaskan Haling (2006:21) yaitu :
”(1) Guru sebagai Komunikator. Guru sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, agar pebelajar menguasai materi pelajaran yang diajarkan, (2) Guru sebagai Informator. Guru sebagai pelaksana dengan beberapa cara mengajar, yaitu ; informatif, praktis dan studi lapangan secara akademik, maupun umum, (3) Guru sebagai Organisator. Guru sebagai pengelola kegiatan akademik seperti; silabus, workshop, jadwal pelajaran dan sebagainya, (4) Guru sebagai Motivator. Peranan ini sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar mengajar, (5) Guru sebagai Pengarah/Direktor. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, (6) Guru sebagai Inisiator. Guru harus mampu memberikan ide-ide yang dapat dicontoh oleh anak didik, (7) Guru sebagai Transmitter. Guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan, (8) Guru sebagai Facilitator. Memberikan kemudahan pembelajaran dengan mencipatakan suasana belajar sedemikian rupa yang sesuai dengan perkembangan siswa, (9) Guru sebagai Mediator. Bertindak sebagai penengah dalam kegiatan pembelajaran, dan (10) Guru sebagai Evaluator. Guru mempunyai hak dan otoritas dalam melakukan evaluasi kepada siswa terkait dengan keberhasilan pembelajaran”. Keterkaitan antara teori belajar dan pembelajaran yang diuraikan di atas dengan permasalahan yang sedang dikaji adalah adanya suatu upaya penciptaan proses belajar mengajar yang berimbang antara guru dengan peserta didik yang ditunjukkan oleh proses belajar dengan model kerja kelompok, sedang guru dalam hal ini bertindak selaku pembimbing, pengarah atau lainnya, sebagaimana telah di uraikan pada poin peranan guru di atas.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran metode media belajar adalah suatu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan, mengembangkan serta memotivasi siswa untuk dapat meraih hasil belajar dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
2.      Prinsip dan Perilaku Belajar
Belajar memiliki ciri khusus dalam pencapaian tujuannya. Sehubungan dengan hal ini, Tedjakusuma (1999:22) mengemukakan mengenai prinsip dan perilaku belajar sebagai berikut :  ”(a) Proses perilaku belajar sangat efektif dan efisien bila segera diperkuat dengan respon yang benar, (b) Terdapat banyak macam perilaku belajar, yang kesemuanya membutuhkan proses belajar dan latihan yang berbeda, (c) Proses perilaku belajar akan efektif dan efisien bila dimengerti, dan kurang berhasil jika dilakukan dengan menghafal, (d) Persepsi perilaku belajar ditentukan oleh seberapa baik dan seberapa banyak dapat diserap, (e) Pelajar, belajar apa yang ia kerjakan, (f) Orang dapat belajar lebih efektif dan efisien bila mereka mengetahui batas-batas kemampuannya, (g) Frekuensi respon yang diperkuat, ditentukan oleh seberapa baik respon itu dapat dipelajari, (h) Kondisi motivasional dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pemberian hadiah dan memajukan peranan penting dalam menampilkan perilaku belajar, dan (h) Praktek dalam berbagai keterampilan akan mendorong terciptanya penerapan proses perilaku belajar secara efektif dan efisien”. Kaitan antara uraian di atas dengan permasalahan yang sedang dikaji adalah bahwa siswa sebagai pebelajar dan guru selaku pendidik saling terkait satu sama lain dalam penerapan metode pembelajaran dengan mengunakan media pembelajaran video visual pada mata diklat make-up room.  Artinya, kesuksesan belajar siswa dilakukan bersamaan dengan praktek sebagai pelengkap kegiatan belajar mengajar make-up room, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami dan menguasai setiap kompetensi yang diajarkan guru, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai sebagaimana yang telah direncanakan. Mata diklat make-up room yang diajarkan kepada siswa dengan motode media pembelajaran pada prinsipnya meliputi penguasaan terhadap tiga aspek pengetahuan yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Untuk mengetahui secara jelas terhadap tiga aspek tersebut, maka Latuheru (2002:35) menjelaskan sebagai berikut :
”(a) Kognitif yaitu penyesuaian intelektual dari informasi dan pengetahuan, mulai dari ingatan yang sederhana sampai pada pembentukan hubungan yang baru,
(b) Psikomotorik yaitu kecakapan motorik, dan dimulai dengan meniru gerakan-gerakan yang sederhana sampai pada kemampuan fisik yang membutuhkan koordinasi susunan syaraf otot yang kompleks,
 (c) Afektif yaitu sikap, perasaan dan emosi. Kecakapan kemampuan belajar afektif dimulai dari kesadaran tentang suatu nilai khusus sampai pada pendalaman/mendalami suatu kelompok perasaan serta nilai/norma untuk membentuk karakter yang baik. Dengan adanya sasaran pengembangan terhadap ketiga aspek di atas, maka jelas bahwa pembelajaran dengan motode pemanfaatan media pembelajaran sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran mata diklat make-up room kelas x (sepuluh) semester 2 perhotelan sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan media pembelajaran adalah ada perubahan pada diri siswa terhadap tiga aspek utama dalam belajar yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada mata diklat make-up room yang diajarkan pada siswa, ketiga aspek tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sehingga tercapai tujuan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran keterampilan.
3. Motode Pembelajaran berbasis teknologi audio visual
merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam kelas sehingga dapat diberikan perhatian pada perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa yang menyangkut kreativitas dalam proses pembelajaran di kelas. Teknik ini sebagai salah satu motode pembelajaran kelas dimana siswa dalam kelas dapat dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan guru dengan cara melihat, mendengar dan menulis. Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktek-praktek dengan benar. Terdapat berbagai jenis media belajar (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/), diantaranya ; a) Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik, b) Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya, c) Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya, d) Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
1. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,  seperti tape recorder.
2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.
3. Media audio visual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis :
a) Audio visual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.
b) Audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
Sementara itu, selain media-media tersebut di atas, di lembaga pendidikan kehadiran perangkat komputer telah merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain sangat banyak pengguna jasa dibidang komputer yang mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor, tutee maupun tools yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pengajar terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan, serta mengaplikasikan pengajaran sejalan dengan tuntutan kurikulum karena keterbatasan informasi dan pelatihan yang mereka peroleh.
Sebagaimana dikutip dari berbagai sumber web, (diakses tanggal 3 April 2009), dijelaskan bahwa ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media, yaitu : (1) Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya. Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu. Kriteria di atas lebih diperuntukkan bagi media konvensional. (2) Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif. Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran, si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasikan aspek dan keterampilan yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik, maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar, sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang digunakan, maka guru dalam proses belajar mengajar dapat mempergunakan berbagai pendekatan atau media baik berupa gambar, tayangan slide, video, model, atau lainnya sepanjang media yang digunakan dapat dipergunakan secara tepat dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar itu sendiri. Prinsip dasar proses belajar mengajar adalah terjadinya perubahan baik sikap, moral dan nilai pada diri pebelajar. Terjadinya perubahan dalam diri pebelajar tidak dapat terjadi begitu saja tanpa adanya dorongan atau bantuan guru, sehingga guru dalam hal ini akan mempergunakan berbagai media guna pencapaian tujuan tersebut.
3.      Motivasi Belajar
Motivasi belajar pada hakikatnya merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar dari diri siswa.Apbila motivasi belajar siswa kuat,maka kegiatan belajarnya akan meningkat.Sebaliknya apabila motivasinya lemah,maka akan melemahkan kegiatan belajarnya,dan berakibat mutu hasil belajarnya akan rendah. Artinya tujuan belajar tidak akan tercapai sebagaimana mestinya .
Kuat lemahnya motivasi belajar siswa banyak dipengruhi oleh banyaknya factor baik yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (intrnsik ) maupun yang berasal dari luar dirisiswa (ekstrinsik ).Motivasi belajar sangat diharapkan terjadi yaitu motivasi yang timbul dari diri siswa sendiri,sebab motivasi ini memiliki kekuata yang lebih lama,lebih baik,dibandingkan motivasi lainnya. Motivasi yang diupayakan oleh guru juga sebenarnya harus diarahkan kepada terjadinya motivasi dari dalam (intrinsic ). 

4.      KERANGKA BERPIKIR
Proses belajar mengajar yang terlaksana di dalam kelas pada umumnya dapat menimbulkan rasa bosan siswa ketika pembelajaran yang dilaksanakan berkesan terlalu prosedural. Artinya, guru melaksanakan pembelajaran secara sistematis sementara keadaan seperti ini umumnya tidak diinginkan siswa. Disamping itu, perangkat pembelajaran dalam hal ini buku-buku paket yang diberikan sebagai materi pembelajaran kepada siswa mengandung materi yang terlalu padat dan meluas pula, sehingga dapat menyebabkan ketidaktertarikan siswa untuk membaca materi pelajaran. Jika kondisi pembelajaran dalam kelas sebagaimana uraian di atas, maka guru ada baiknya melakukan inovasi pembelajaran. Salah satu inovasi yang dapat ditempuh guru ada dengan cara mengembangkan bahan ajar yang diharapkan dengan langkah tersebut dapat menimbulkan ketertarikan minat belajar siswa sehingga prestasi belajar siswa meningkat pula.
Adapun inovasi pembelajaran sebagaimana yang dimaksudkan di atas adalah menerapkan pembelajaran dengan media video visual, dimana dalam pembelajaran ini media menjadi perangkat pembelajaran utama dalam menyajikan materi pelajaran. Dalam pembelajaran ini materi disajikan dalam bentuk tayangan film. Seluruh materi pelajaran ditampilkan dalam bentuk langkah-langkah kerja, atau dengan kata lain seluruh kegiatan yang berhubungan dengan materi pelajaran disajikan dalam bentuk gambar bergerak dan bersuara. Dengan demikian, diharapkan motivasi belajar siswa menjadi tinggi yang pada akhirnya berpengaruh pula pada tingginya prestasi siswa itu sendiri. Guna memberikan pemahaman secara menyeluruh kepada pembaca, maka permasalahan yang sedang dikaji dapat disajikan secara singkat dalam skema kerangka pikir berikut :








Metode pembelajaran dengan media video visual

 

Peningkatan motivasi belajar peserta didik

 

Meningkatkan hasil belajar peserta didik

 
 





5.      HIPOTESIS TINDAKAN
”Dengan peranan media video pembelajaran bisa meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas x (sepuluh) semester 2 (dua) Jurusan Perhotelan di SMK Negeri 1 Selo - Boyolali pada mata diklat Make-up room  sesion teori dapat ditingkatkan”.
















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
               Metode penelitian yang digunakan menggunakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau tempat kerja (Isaac, 1994:27). Sedangkan menurut Prof. Suhardjono (2006:56) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan yang dapat dipandang sebagai tindak lanjut dari penelitian deskriftif maupun eksperimen. Pada penelitian tindakan kelas bukan lagi mengetes sebuah perlakuan tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sesuatu perlakuan. Serta dilaksanakan beberapa tahap.
1. Setting Penelitian; subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas x (sepuluh) semester 2 (dua) Kompetensi Keahlian Akomodasi Perhotelan di SMK Negeri 1 Selo – Boyolali dengan jumlah sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 10 orang putri dan 15 orang putra.
2.  Perencanaan Tindakan
          Sebelum melaksanakan tindakan, beberapa hal yang perlu dilakukan peneliti antara lain : 1) Observasi lapangan. Observasi dimaksudkan untuk ; (a) mengamati secara langsung proses belajar mengajar di kelas, (b) menganalisis kurikulum sekolah, (c) menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) (d) Silabus dan (e) merencanakan pelaksanaan tindakan. Penggunaan Media Video Pembelajaran dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Make-up room kelas x (sepuluh) semester 2 Perhotelan dirancang dalam dua siklus, dimana :
1.
Siklus I terdiri dari 2 kali kegiatan tatap muka dengan pembahasan menyiapkan kamar untuk tamu (Make-up Room).
2. Siklus II terdiri dari 2 kali kegiatan tatap muka. Materi pelajaran yang diajarkan merupakan materi lanjutan siklus I
        3.  Pelaksanaan Tindakan
            Untuk mengetahui secara jelas deskripsi pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus, selanjutnya akan di uraikan sebagai berikut :
a)             Tahap Perencanaan ini meliputu :
Membuat dan mengembangkan materi mata diklat make-up room dalam bentuk modul khususnya unit keterampilan menyiapkan kamar untuk tamu.
1. Materi pelajaran yang terdapat dalam modul selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah media dalam bentuk video pembelajaran. Dalam video pembelajaran ini disimulasikan atau diperagakan secara jelas bagaimana proses menyiapkan kamar tamu (Make-up room).
2. Pembuatan film sebagai isi materi pelajaran Make-up room di Lab. Praktik Hotel sekolah (Hotel Trainee) siswa bergantian, dengan melakukan pendekatan dan penjelasan terkait dengan kegiatan yang ingin dilaksanakan. Membuat perangkat pembelajaran yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran untuk dua kali tatap muka sebagaimana yang direncanakan.
3. Membuat lembar tanggapan terhadap media yang digunakan.

b)              Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pertemuan I  Sub kompetensi atau materi pelajaran yang diajarkan pada pertemuan I ini adalah menyiapkan kamar untuk tamu. Kegiatan pembelajaran terfokus pada guru dengan menampilkan tayangan Media video di depan kelas menggunakan LCD, sebagai berikut :
- Menyiapkan peralatan dan perlengkapan penyajian materi secara audio visual.
-
Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
-
 Menjelaskan cara menata perlengkapan dan trolley yang meliputi :
Ø  Memahami komponen room attandent trolley
Ø  Memahami prosedure pembersihan room attandent trolley
Ø  Mengidentifikasi fungsi susunan rak yang ada pada room attandent trolley
Ø  Mengelompokkan jenis bahan, alat pembersih dan linwn yang akan di tata pada room attandent trolley
- Menjelaskan penataan perlengkapan pada trolley dan alasnya.
- Menjelaskan cara untuk mengetahui keamanan dalam membawa trolley yang sudah terisi perlengkapan.
- Menjelaskan mengenai cara mendorong trolley.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
- Menjelaskan pengertian stripping bed.
- Menjelaskan bagaimana melakukan stripping bed.
- Menjelaskan cara menangani linen kotor dan bersih.
- Menjelaskan cara mengidentifikasi noda linen tempat tidur.
- Menjelaskan jenis-jenis guest supplies.
- Menjelaskan cara menata dan melengkapi linen dan guest supplies.
- Menjelaskan teknik menata tempat tidur yang meliputi :
o Memeriksa kondisi alat sebelum digunakan.
o Membersihkan dan merapikan tempat tidur.
o Menata tempat tidur.
o Membersihkan kamar mandi.
o Membersihkan gelas, asbak, wash basin, cermin, bath tub, toilet bowl, lantai, peralatan kamar, melap debu, kulkas, televisi, telepon, dan gelas.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
- Melemparkan pertanyaan yang diajukan siswa kepada siswa lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
Pertemuan II
- Menyiapkan peralatan dan perlengkapan penyajian materi secara audio visual.
- Menjelaskan teknik atau cara serta prosedur pembersihan kamar tamu.
- Menjelaskan kebutuhan dan perlengkapan untuk kamar tamu.
- Menjelaskan cara menyimpan trolley dan peralatan pembersih yang telah digunakan.
- Menjelaskan cara melengkapi kembali trolley untuk digunakan kembali pada kamar tamu lainnya.
- Melengkapi dan mencatat guest supplies yang digunakan pada trolley.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
(c) Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar terlaksana, komponen atau aspek yang diobservasi meliputi ; (1) kehadiran siswa, (2) antusias siswa, (3) siswa yang mengajukan pertanyaan, (4) siswa yang menjawab saat diajukan pertanyaan. Sedangkan pada media belajar yang digunakan komponen utama yang dinilai meliputi ; (1) kualitas media, (2) presentasi, serta (3) keterkaitan materi dan keterampilan. Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan siklus I dan II. Evaluasi dimaksudkan hanya untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan melalui
media video pembelajaran.


(d) Refleksi

Refleksi dilakukan selama atau setelah penyajian materi pelajaran melalui
media video pembelajaran digunakan, dengan melihat perubahan-perubahan serta tanggapan siswa terhadap media video pembelajaran yang digunakan.
Hasil analisis menjadi dasar untuk melaksanakan perencanaan tindak lanjut, apabila tujuan pembelajaran dengan menggunakan
media video belum tercapai.

Siklus II
Pertemuan I
- Mempersiapkan materi bahan ajar, alat yang digunakan untuk presentasi media
   audio visual.
- Menjelaskan dan merangkumkan kembali materi pelajaran menyangkut :

o Memahami komponen trolley.
o Memahami prosedur pembersihan trolley
o Mengidentifikasi fungsi susunan rak yang ada pada trolley
o Mengelompokkan jenis dan jumlah bahan, alat pembersih dan linen yang di tata pada trolley.
o Teknik melaksanakan stripping bed.
o Cara menangani noda pada linen.
o Jenis-jenis guest suplies.
o Prosedur menata dan mebersihkan kamar tamu.
o dan hal-hal lainnya yang perlu diperhatikan saat akan melakukan pros
edur pembersihan kamar tamu.
- Penjelasan disertai dengan menampilkan
media video pembelajaran, sehingga memudahkan siswa mengingat kembali materi bahan ajar yang telah diberikan.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
- Melaksanakan persiapan praktek.
- Siswa melakukan praktek pembersihan kamar tamu.
- Membimbing siswa yang masih menemui hambatan dan kekurang pahaman terhadap prosedur pembersihan kamar tamu.
- Menutup pelajaran.

Pertemuan II
- Mempersiapkan materi bahan ajar, alat dan media yang akan digunakan dalam presentasi
media video pembelajaran.
- Melakukan review materi pembelajaran pertemuan I.
- Menjelaskan kembali hal-hal yang perlu dipersiapkan dan dilakukan saat akan melaksanakan pembersihan kamar tamu.
- Penjelasan disertai dengan menayangkan
video pembelajaran.
- Melaksanakan evaluasi.
- Menutup pelajaran

D. Analisis Data
Data yang diperoleh dari instrumen penilaian berupa hasil observasi dan penilaian siswa terhadap media yang digunakan selama pelaksanaan proses belajar mengajar dianalisis untuk memperoleh penilaian akhir terhadap media yang digunakan. Hasil analisis data pelaksanaan tindakan selanjutnya dipaparkan secara naratif dan disajikan seobyektif mungkin.


           











DAFTAR PUSTAKA

Ali Abu Bakar M. 1977. Guru dan Tugas-Tugasnya dalam Jabatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hidayanto. 2008. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Makassar. Dinas Pendidikan Nasional.

Hidayanto, 2001, diambil dari www.depdiknas.com.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Latuheru. 1993. Media Pembelajaran (Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini). Ujung Pandang : Badan Penerbit UNM

Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

2006. Panduan Penulisan Skripsi Berbasis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Makassar: Fakultas Teknik. Universitas Negeri Makassar.

Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sardiman A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Tedjakusuma, Aung. 1999. Kewirausahaan SMK (Untuk Semua Bidang Keahlian). Bandung: Armico.


4 komentar: